Rabu, 19 September 2012

Puisi Duka Cita

lish by Hadi gimantoro Lalu kuhirup wangi tawamu lewat sudut mata yang masih menyimpan sedikit lelah selepas mengantar langkahmu menyusuri tepian hulu menuju ke sebuah muara bayang-bayang mentari pun masih terjatuh menerpa daun-daun kemuning yang melingkupi pusara melagukan gemerisik lirih tembang-tembang kedatangan oleh hembusan dingin angin utara dan menyeru kerumunan burung-burung yang tengah mencecapi bebatuan melucuti senyap menyesapi ratap dari relung dada kita lalu dari sudut ruang dukacita hendaklah kita mampu melepas seberkas makna dari rerimbun kerlip kenangan tertanam di kisaran-kisaran waktu yang terus mengekalkan butiran warna dan kejadian bahwa sejatinya kehilangan itu tak pernah ada karena memang kita tak pernah memiliki apa-apa

0 komentar: